1.
Riwayat
Hidup Singkat
Demokritos
hidup dalam kurun waktu 460-370 SM dan ia lahir di Abdera di pesisir Thrake,
Yunani Utara. Walaupun tahun kelahirannya lebih muda 10 tahun dari Sokrates,
namun Demokritos tetap dimasukkan sebagai filsuf prasokratik, yang beraliran Mazhab
Atomisme. Ia merupakan murid dari Leucippos, pendiri dari aliran Mazhab
Atomisme tersebut. Salah satu alasannya adalah karena Demokritos masih terbatas
pada alam pemikiran filsuf jaman prasokratik dan tidak seperti pemikiran
filsafat gaya baru yang sedang berkembang pada jamannya. Demokritos juga
disebut sebagai “The Laughing Philosopher“,
ia disebut sebagai “The Laughing
Philosopher” karena ia adalah seorang filsuf yang dikenal karena suka
tertawa. Ia selalu tertawa karena pembawaan jiwa dan pikirannya yang positif
dan gembira. Demokritus percaya pada prinsipnya dan menemukan alat untuk
menunjang kepercayaannya. Dan kelihatannya, prinsip-prinsipnya berhasil dan
Demokritus hidup selama 90
tahun.
2.
Karya-karya
Demokritos
menulis tentang ilmu alam, astronomi, matematika, sastra, epistemologi, dan
etika. Ada sekitar 300 kutipan tentang pemikiran Demokritos di dalam
sumber-sumber kuno. Sebagian besar kutipan-kutipan tersebut berisi tentang
etika. Tetapi, Sayangnya tidak ada
satupun karya-karya Demokritos yang tersimpan.
3.
Ajaran
a.
Atom-Atom dan Kekosongan
Demokritos
beranggapan bahwa prinsip dasar alam semesta adalah atom-atom dan kekosongan.
Sehingga segala realitas yang ada itu dapat dijelaskan dengan mengacu pada gerakan-gerakan
berbagai atom tersebut. Atom sendiri memiliki pengertian sebagai gugusan
unsur-unsur terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi (a=tidak,
tomos=terbagi).
Sedangkan
konsep atom sendiri tidak dapat dipisahkan dengan adanya ruang kosong (void).
Sebab pada dasarnya ruang kosong menjadi syarat mutlak bagi bergeraknya
atom-atom itu. Hal ini yang membuat filsuf atomisme mengakui adanya ruang
kosong, tidak seperti Zeno yang menolak adanya ruang kosong. Bagi para filsuf
ini yang ada bukan hanya “yang ada” (being), tetapi juga “yang tidak ada” (not
being). Maka ruang kosong adalah nyata. Semua atom bersifat tidak termusnahkan,
tidak dijadikan, tidak memiliki massa, tidak dapat diinderai karena memang
ukurannya yang sangat kecil dan dengan menempati ruang, atom senantiasa
bergerak. Namun yang membedakan antara atom yang satu dengan yang lain adalah
bentuk (seperti huruf A berbeda dengan huruf N), urutannya (seperti AN berbeda
dengan NA), dan posisinya (seperti N berbeda dengan Z).
Seperti
yang dijelaskan di atas bahwa atom tak bisa tidak dipisahkan dari ruang kosong
untuk senantiasa bergerak dan melalui gerakan itulah atom membentuk semua
benda. Demokritos berpendapat bahwa pola dan arah gerakan atom tidak melulu ke
atas atau ke bawah, tetapi lebih ke segala arah. Diibaratkan sama seperti debu
yang bergerak ke segala arah di bawah sinar matahari walaupun tidak ada angin.
Selama
bergerak dalam ruang kosong ternyata atom saling bertabrakan dengan atom-atom
lain dan karena memiliki bentuk yang tidak teratur, atom-atom ini saling
mengait dan mengunci, mengelompok dan berkombinasi membentuk segala benda yang
dapat diindrai. Bagaimana ini bisa diindrai? Jawabannya adalah karena setiap
benda yang dibentuk dari atom-atom mengeluarkan gambar-gambar kecil (eidola). Gambar-gambar ini diterima oleh
pancaindra dan kemudian dipertemukan dengan jiwa yang juga tercipta oleh
atom-atom. Bertemunya atom-atom gambar dan atom-atom jiwa inilah maka kita bisa
melihat, membaui, mendengar dan merasakan. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa
proses pertumbuhan adalah hasil dari pengelompokan atom-atom sedangkan
pembusukan adalah proses terurainya atom-atom.
Selain
itu, atom juga dipandang sebagai tidak dijadikan, tidak dapat dimusnahkan, dan
tidak berubah. Yang terjadi pada atom adalah gerak. Karena itu, Demokritus
menyatakan bahwa "prinsip dasar alam semesta adalah atom-atom dan
kekosongan". Jika ada ruang kosong, maka atom-atom itu dapat bergerak.
Demokritus membandingkan gerak atom dengan situasi ketika sinar matahari memasuki
kamar yang gelap gulita melalui retak-retak jendela. Di situ akan terlihat
bagaimana debu bergerak ke semua jurusan, walaupun tidak ada angin yang
menyebabkannya bergerak. Dengan demikian, tidak diperlukan prinsip lain untuk
membuat atom-atom itu bergerak, seperti prinsip "cinta" dan
"benci" menurut Empedokles.
Adanya ruang kosong sudah cukup membuat atom-atom itu bergerak.
b.
Terciptanya
Kosmos dan Manusia
Melalui
konsep atom, Demokritos berpendapat bahwa alam semesta dan manusia juga
tercipta dari atom-atom yang saling berkait. Pada mulanya atom-atom yang
bergerak ke segala arah pada ruang kosong saling bertabrakan dan mengait.
Kemudian atom-atom yang saling bergerak ini membentuk suatu gerakan berputar
seperti angin puting beliung dan mulai menarik atom-atom. Atom-atom besar
tertarik ke bagian pusat putaran dan berkumpul, sedangkan atom-atom halus
terlempar ke pinggir. Akhirnya terciptalah alam semesta melalui proses ini.
Demikian
pula manusia. Demokritos berpendapat bahwa manusia juga tercipta dari atom-atom
yang saling berkait, tetapi yang menjadi perbedaannya adalah bahwa manusia
tercipta dari kumpulan atom-atom yang sifatnya lebih halus (atom-atom api).
Dalam jiwa manusia, bertemunya atom-atom benda dengan atom-atom jiwa tidak
hanya memberikan berbagai sensasi bagi indera kita, tetapi juga memunculkan
perasaan-perasaan tertentu tergantung dari kondisi atom-atom tersebut. Sehingga
ada orang yang mengalami peristiwa yang sama tetapi mengalami perasaan yang
berbeda.
c.
Pengenalan
Sebelumnya
telah dikatakan bahwa setiap benda, yang tersusun atas atom-atom, mengeluarkan
gambaran-gambaran kecil yang disebut eidola. Gambaran-gambaran inilah
yang masuk ke panca indra manusia dan disalurkan ke jiwa. Manusia dapat melihat
karena gambaran-gambaran kecil tersebut bersentuhan dengan atom-atom jiwa.
Proses semacam ini berlaku bagi semua jenis pengenalan indrawi lainnya. Lalu
bagaimana dengan kualitas yang diterima oleh indra manusia, seperti pahit,
manis, warna, dan sebagainya? Menurut Demokritos atom-atom tersebut tidak
memiliki kualitas, jadi darimana kualitas-kualitas seperti itu dirasakan oleh
manusia? Menurut Demokritos, kualitas-kualitas seperti itu dihasilkan adanya
kontak antara atom-atom tertentu dengan yang lain. Misalnya saja, manusia
merasakan manis karena atom jiwa bersentuhan dengan atom-atom yang licin.
Kemudian manusia merasakan pahit bila jiwa bersentuhan dengan atom-atom yang
kasar. Rasa panas didapatkan karena jiwa bersentuhan dengan atom-atom yang
bergerak dengan kecepatan tinggi.
Dengan
demikian, Demokritos menyimpulkan bahwa kualitas-kualitas itu hanya dirasakan
oleh subyek dan bukan keadaan benda yang sebenarnya. Karena itulah, Demokritos
menyatakan bahwa manusia tidak dapat mengenali hakikat sejati suatu benda. Yang
dapat diamati hanyalah gejala atau penampakan benda tersebut. Demokritos mengatakan:
"Tentunya akan menjadi
jelas, ada satu masalah yang tidak dapat dipecahkan, yakni bagaimana keadaan
setiap benda dalam kenyataan yang sesungguhnya...Sesungguhnya, kita sama sekali
tidak tahu sebab kebenaran terletak di dasar jurang yang dalam."
d.
Etika
Demokritos
adalah satu-satunya filsuf prasokratik yang telah memikirkan tentang hubungan
antara manusia yang satu dengan yang lain. Maka wajar saja kalau ajarannya ini
belumlah tertata secara sistematis. Etika Demokritos yang dikenal sebagai Etika
Euthumia lebih menekankan pada keadaan batin yang sempurna. Batin manusia
dikatakan sempurna bila manusia hidup secara seimbang dengan menjunjung
kebahagiaan jiwa. Ajarannya banyak menghasilkan kata-kata bijaksana yang bisa
menjadi pedoman untuk sampai pada keseimbangan jiwa ini. Karena hanya rasio
atau jiwa yang bisa menjaga keseimbangan ini, maka Demokritos menekankan untuk
meredam keinginan duniawi dan mengembangkan kesederhanaan hidup. Pada akhirnya,
memang sulit mencari hubungan antara teori atom dengan etika euthumia
Demokritos dan dalam hal ini, Demokritos ingin menunjukkan keluasan
pengetahuannya.
Sumber :
1.
Blikololong,
J.B., Pengantar Filsafat. Jakarta:
Universitas Gunadarma, 1997.
2.
Blikololong,
J.B., Pengantar Filsafat untuk Mahasiswa
Psikologi. Bekasi:Universitas Gunadarma, 2010.
3.
Bertens, K., Sejarah Filsafat yunani.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1999.
zzzz
BalasHapusgk bisa di copy
padahal buat tugas