Jumat, 11 Oktober 2013

Sejarah dan Manfaat dari Psikologi Klinis



Nama: Adam Tirtaputra                          NPM: 10512115
Kelas: 2PA09

1. Jelaskan mengenai sejarah psikologi klinis dan perkembangannya hingga sekarang ini !
Sejarah Psikologi Klinis
Pada awalnya sebelum Perang Dunia II, psikologi klinis di Amerika Serikat hanya terbatas pada penggunaan tes psikologis, untuk menegakkan diagnosis gangguan yang dialami individu. Hal ini tidak mengherankan karena psikologi klinis dikembangkan oleh dokter yang dulunya disebut diagnostisian (lih. Yalom, 2005,sebuah buku novel tentang Freud muda dan mentornys Breuer). Baru setelah perang usai, psikologi klinis mulai dikembangkan untuk menangani veteran yang mengalami gangguan mental pasca perang. Kebanyakan veteran tersebut mengalami gangguan mental pasca trauma di akhir tahun 1940an dan awal tahun 1950an. Semenjak itulah psikoterapi mulai berkembang dalam praktik psikologi klinis, terutama untuk menangani kasus-kasus gangguan pasca trauma tersebut.
Jurnal psikologi klinis terbitan American psychological Association (APA) terkini menunjukkan bahwa psikologi klinis telah merambah ke semua lini kehidupan baik itu di tingkat individu, keluarga, kelompok, organisasi, masyarakat luas, maupun dunia global. Psikologi klinis tidak hanya untuk kesehatan mental saja tetapi juga untuk kesehatan fisik, tidak  hanya untuk individu saja tapi untuk masyarakat. Orientasi psikologi klinis tidak hanya dalam sektor pribadi saja tetapi juga sektor publik, dan tidak hanya berdasarkan psikopatologi tapi lebih pada kesejahteraan masyarakat. Di sini terlihat bahwa psikologi klinis bukan bidang statis, tapi berkembang pesat sesuai tuntutan zaman.
            Di indonesia, seperti juga di dunia, usia Psikologi dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lain relatif masih amat muda. Psikologi di indonesia berawal dari biro (nama biro di sini identik dengan kantor yang menangani suatu urusan) Psikoteknik peninggalan Belanda, di Universitas Indonesia (UI) oleh Prof. Slamet Iman Santoso. Almarhum adalah seorang Psikoterapi dan mengembangkan program studi Psikologi di UI awal tahun 1950 di Fakultas Kedokteran. Di Universitas Padjajaran (UNPAD), Psikologi berkembang dari Biro Psikologi Angkatan Darat. Di Yogyakarta, Psikologi berkembang dari bidang pendidikan. Sebelum tahun 1965, psikologi merupakan salah satu jurusan di Fakultas Sastra, Pendidikan dan Filsafat, di Universitas Gadjah Mada (UGM). Baru pada tanggal 8 januari 1965, jurusan tersebut mandiri menjadi Fakultas Psikologi UGM.



Definisi & Pembahasan
            Psikologi klinis merupakan salah satu jenis psikologi terapan yang sampai sekarang masih sering dipertanyakan arti, kedudukan, dan perannya jika dibandingkan dengan psikiatri. Psikiatri sering dianggap sebagai cabang ilmu kedokteran yang sudah lebih mudah dipahami orang kebanyakan, ialah cabang kedokteran yang menangani penyakit, atau istilah yang dianggap lebih tepat saat ini adalah gangguan kejiwaan. Dalam hal psikologi klinis, bahkan istilah psikologi saja masih banyak orang yang tidak mengetahuinya. Bahkan sejak pertama kali digunakan, pada tahun 1530-an, telah terlihat adanya ketidakpastian mengenai materi apa yang sebenarnya dibahas dalam psikologi itu. Philip Melachton yang pada tahun tersebut merencanangkan adanya psikologi sebagai substansi matakuliah perilaku; ia menyatakan bahwa substansi atau materi psikologi adalah substansi yang melengkapi faal tubuh, malaikat, setan, dan Tuhan yang memunculkan gejala perilaku. Dapat dibayangkan rumitnya, apa yang dihadapi psikologi klinis kalau psikologi dianggap ilmu tentang materi tersebut. Kemudian, para fungsionalis menganggap bahwa materi psikologi adalah mental atau fungsi psikis, seperti emosi dan daya pikir. Namun hal tersebut tidak cukup sederhana untuk dipahami, karena hampir seluruhnya merupakan gejala yang tidak dapat diketahui/diamati secara langsung.
            Pada tahun 1920-an, muncul Watson yang menghendaki adanya materi psikologi berdasarkan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan yang obyektif, dapat diukur dan diamati, ialah perilaku teramati semata-mata, yang bagi penentangnya dianggap menghilangkan “ruh” psikologi. Oleh karena itu, hanya sebagian dari psikologi klinis yang menerima syarat ilmiah; yang tidak bergabung ini,  kemudian “bergabung” dalam gerakan “pascamodern”. Perkembangan psikologi berikutnya menjadi  lebih rumit lagi, karena sangat banyak mengikuti perkembangan filsafat dan budaya, bahkan agama, terutama tentang hakekat manusia dan metodologi ilmu yang merupakan salah satu bagian dari filsafat ilmu epistemologi. Jadi, psikologi klinis sesuai dengan perkembangan materi psikologi pada umumnya, juga menghadapi masalah yang sama, yakni kerumitan mengenai apa yang sebenarnya dibaca oleh psikologi, yaitu jiwa, ruh, mental, perilaku, pengalaman, penghayatan, dan lain-lain.
Psikologi klinis dapat diartikan secara sempit atau luas, secara sempit psikologi klinis tugasnya adalah mempelajari orang-orang abnormal atau subnormal. Tugas utama psikologi klinis adalah menggunakan tes yang merupakan bagian integral suatu pemeriksaan klinis yang biasanya dilakukan di rumah sakit. Secara luas, psikologi klinis merupakan bidang psikologi yang membahas dan mempelajari kesulitan-kesulitan serta rintangan emosional pada manusia, tidak memandang apakah abnormal atau subnormal.
            Psikologi klinis meneropong gejala-gejala yang dapat mengurangi kemungkinan manusia untuk berbahagia. Kebahagian erat hubungannya dengan kehidupan emosional-sensitif dan harus dibedakan dengan kepuasan yang lebih berhubungan dengan segi-segi rasional, intelektual (Yap kie Hien, 1968). Phares (1992), psikologi klinis menunjuk pada bidang yang membahas kajian, diagnosis dan penyembuhan (treatment) masalah-masalah psikologis, gangguan (disorder) atau tingkah laku abnormal.

Istilah Psikologi Klinis
            Penggabungan istilah psikologi yang terkait dengan psikologi akademik atau psikologi sebagai ilmu, dengan istilah klinik yang artinya tempat orang berobat. Dan dilakukan pertama kali oleh L Witmer (Arieti, 1959 & Phares, 1993). Dari penggabungan ini dapat dilihat bahwa bidang terapan ini berpijak pada dua displin ilmu yang berbeda yakni psikologi akademik dan kedokteran, khususnya psikiatri.
            Klinik Psikologi pertama kali didirikan Witmer pada tahun 1890. Pada klinik ini tugas Psikologi adalah memeriksa anak-anak yang mengalami kesulitan menerima pelajaran. Klinik Psikologi pada waktu itu tidak bergerak sebagai badan pelayanann bagi orang sakit atau orang-orang yang mengalami gangguan penyesuaian diri, tetapi merupakan badan pendidikan. Oleh karena berasal dari dua displin ilmu yang berbeda Psikologi dan Psikiatri, maka timbul beberapa masalah dalam Psikologi Klinis, yakni dalam hal identitas, definisi istilah-istilah dan kewenangan melakukan psikoterapi.
            Seringkali psikolog dan kedokteran menggunakan istlah-istilah yang sama, sebagai contoh emosi, kesadaran, pemikiran, stereotipi, dll. Kedua disiplin ini mempunyai penjelasan dan perincian yang berbeda untuk istilah-istilah tersebut. Sebagai contoh, kalangan psikiatri memandang emosi sebagai suatu sifat umum dan bertentangan dengan rasio. Kalangan psikologi berpendapat bahwa emosi ada bermacam-macam dan bergantung pada penilaian (erasional) atas situasi-situasi yang dihadapinya, jadi lebih membahas pengalaman-pengalaman emosi yang spesifik.

2. Jelaskan manfaat dari psikologi klinis!
             Psikologi klinis adalah bidang studi psikologi dan juga penerapan psikologi dalam memahami, mencegah dan memulihkan keadaan psikologis individu ke ambang normal. Sehingga manfaatnya dapat memahami keadaan psikologis individu yang tidak normal, dapat mencegah psikologis individu yang tidak normal, dapat memulihkan keadaan psikologi individu dari yang tidak normal menjadi normal. Membuat suatu terobosan baru dalam ilmu psikologi dan mampu membantu orang lain yang kurang mampu, bisa juga untuk kegiatan sosial untuk psikologi sendiri.

Psikotest Online Yang Ada di Internet



PSIKOTEST ONLINE
       (Untuk Memenuhi Tugas dari Mata Kuliah Softskill Psikologi & Teknologi Internet)

1. Pendahuluan / Kasus

Penggunaan internet sekarang ini memang sedang marak-maraknya ada di Indonesia dimana hampir semua siswa/mahasiswa menggunakan fasilitas internet itu sendiri dan juga banyak orang dewasa yang dapat menggunakan internet itu sendiri. Penggunaan internet tersebut menjadi marak karena adanya dampak globalisasi yang mendunia dan mewabah ke seluruh penjuru negara seperti negara berkembang. Dengan adanya globalisasi tersebut merubah pola pikir manusia menjadi mencari sesuatu yang lebih praktis, instan (sesuatu yang cepat saji) dan ingin memakai sesuatu benda yang dapat mempermudah serta mempercepat suatu pekerjaan kita. Dengan adanya globalisasi juga membuat budaya-budaya dari negara yang dimasuki oleh globalisasi tersebut menjadi luntur dan jarang dijamah oleh orang-orang yang terkena dari dampak globalisasi itu sendiri. Dengan adanya globalisasi di jaman sekarang, membuat orang-orang lebih mudah untuk mengerjakan sesuatu hal, sebagai contoh penggunaan komputer dan laptop yang semakin marak di dunia pekerjaan dan pendidikan yang membuat dunia pekerjaan dan pendidikan menjadi lebih mudah dibandingkan dengan jaman dahulu. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh globalisasi terhadap perkembangan pola pikiran manusia sangatlah berperan penting. Globalisasi juga membuat gaya modernisasi di dalam pikiran manusia, biasanya negara yang terkena dampak globalisasi adalah negara yang sedang berkembang sehingga membuat negara yang sedang berkembang itu mengikuti proses lingkup dunia dan berbaur dengan budayanya sendiri. Globalisasi tersebut menimbulkan adanya banyak pro dan kontra yang bertebaran di negara yang dimasukinya tersebut, menurut saya pribadi dengan adanya globalisasi itu sendiri menimbulkan lebih banyak keuntungan daripada kerugian untuk masa yang modern untuk sekarang ini. Sekarang saya akan membahas tentang sesuatu yang timbul akibat dari globalisasi yang ada di Indonesia, yaitu tentang adanya psikotest online yang marak ada di internet dan sangat mudah dicari oleh pengguna-pengguna internet itu sendiri. Seseorang akan sangat mudah untuk mendapat contoh soal psikotest dan mengerjakannya tanpa harus repot-repot untuk pergi ke suatu substansi-substansi agar dapat mengerjakan psikotest itu sendiri, dan hal tersebut juga pastinya akan menimbulkan pro dan kontra dan masing-masing individu dan juga pasti akan menimbulkan dmapak positif serta juga dampak negatif dari adanya psikotest online yang tentunya sudah tidak asing di telinga orang-orang yang berkecimpung ke dalam dunia tersebut. Saya akan menjelaskan sedikit apa itu psikotest (pengertian dari psikotest/definisi dari psikotest itu sendiri), dampak-dampaknya (dampak positif dan dampak negatif) dengan adanya psikotest online yang ada, perspektif/pandangan saya terhadap psikotest itu sendiri, saran dan kesimpulan dan masih banyak lagi pembahasan yang akan saya bahas dalam posting-an untuk tugas softskill saya yang satu ini. Sekian bagian pendahuluan dari tugas softskill saya, berikut adalah isi teori, analisa dari adanya psikotest online yang ada di internet yang tentunya ada di Indonesia ini.

2. Isi / Teori

          Suatu test dapat didefinisikan sebagai teknik yang digunakan untuk mengetahui atau menolak hipotesis dalam pengukuran mental/tugas yang menghasilkan skor; atau prosedur yang bersifat sistematik untuk membandingkan dua individu atau lebih. Test tersebut juga dapat didefinisikan sebagai serangkaian pertanyaan untuk mendapatkan laporan mengenai kemampuan, kepribadian, kognisi dan catatan menyeluruh tentang penampilan, kecakapan seseorang dalam kehidupan nyata. Psikotest merupakan salah satu contoh dari test psikologi yang bertujuan untuk menilai pembangunan psikologis seseorang seperti fungsi kognitif dan emosional. Test ini juga bisa diberikan dalam bentuk visual ataupun secara tulisan. Pada umumnya, psikotest juga bertujuan untuk mengetahui minat dan bakat seseorang dalam suatu hal ataupun sebagai syarat untuk penerimaan pegawai baru di dalam sebuah perusahaan. Hasil yang terlihat pada psikotest ini bersifat subjektif. Pada dasarnya hasil yang ada pada tes ini bukan hanya untuk mengetahui IQ seseorang, namun juga dapat melihat karakteristik dari individu tersebut. Tujuan dilakukannya test psikologi sebagai berikut:
Tujuan dari Test Psikologi:
1. Mengetahui kemampuan seseorang dan membuat kemampuan seseorang menjadi jelas.
2. Digunakan untuk menseleksi seseorang
3. Menempatkan seseorang berada pada kategori yang sudah ada
4. Membuat program yang lebih bermakna
5. Dapat mendiagnosa kemampuan seseorang
6. Bimbingan Konseling (awal, tengah, akhir)
7. Memotivasi seseorang dan membangkitkan minat seseorang
8. Pemberian sertifikat yang nyata
9. Dapat dijadikan sebagai bahan dari penelitian
Jenis-jenis Dari Psikotest antara lain :
a. Army Alpha Intelegence Test
Test ini terdiri atas 12 soal yang berisi gabungan deretan angka dan deretan bentuk geometri. Soal satu dengan soal yang lainnya kadang terkait dengan soal sebelumya. Yang diukur dalam test ini adalah kemampuan daya tangkap Anda dalam menerima dan melaksanakan instruksi dengan cepat dan akurat.
b. Wartegg Test
Test ini terdiri atas 8 kotak yang berisi bentuk-bentuk tertentu seperti titik, garis kurva, 3 garis sejajar, kotak atau balok, dua garis saling memotong, dua garis terpisah, tujuh buah titik tersusun melengkung dan garis melengkung. Individu yang melakukan akan diminta menggambarkannya kemudian menuliskan urutan gambar yang telah anda buat, lalu menuliskan nomor gambar mana paling disukai, tidak disukai, sulit dan mudah menurut anda. Yang diukur dalam tes ini adalah emosi, imajinasi, intelektual dan aktifitas subjek.

c.. Tes Logika Penalaran
Test Logika Penalaran ini terdiri atas deret gambar baik 2 dimensi maupun 3 dimensi. Yang ingin diukur dalam test Logika Penalaran ini adalah untuk mengukur kemampuan seseorang dalam memahami pola-pola/kecenderungan tertentu (dalam wujud gambar) untuk kemudian melakukan prediksi atau penilaian berdasarkan pola anda tersebut.
d. Tes tanggung jawab.
Test ini dilakukan dengan bertujuan untuk meningkatkan mempertanggung jawabkan atau mengambil risiko dalam suatu tindakan dalam mengambil suatu keputusan dalam perusahaan. Contoh soal : Ketika muncul suatu masalah dalam pekerjaan yang kebetulan ada kaitannya dengan halhal yang menjadi kewajiban saya, maka saya …
A. Seseorang tersebut akan bertanggung jawab dan mencari solusinya
B. Akan mencari kambing hitam penyebab masalah.
C. Seharusnya ada orang lain yang akan membantunya dalam masalah ini.
D. Membiarkan masalah tersebut terus berlangsung.
E. Melihat dulu, apa ada pihak lain dalam masalah yang rumit ini

Lee J. Cronbach dalam Essentials of Psychological Testing edisi tahun 1949, membagi dua kelompok besar tes psikologi ini, yaitu berikut ini :
1.    Test Kebiasaan (Kepribadian)
     Tes prestasi khusus digunakan dalam meneliti kebiasaan dan kepribadian seseorang. Ada sedikit nilai yang dapat menentukan seberapa sopan peserta test yang diinginkan. Aspek kepribadian peserta test, misalnya dalam hal kejujuran, keterbukaan, dan emosional. Kepribadian biasanya dianalisis dengan cara menggambarkan tanpa usaha yang dibuat untuk mempertimbangkan sifat-sifat yang diharapkan.
2.    Test Kemampuan (intelegensi)
     Test ini digunakan suatu indinvidu untuk mengetahui prestasi maksimal yang diperlukan dalam meneliti kemampuan dan kecakapan.
     Kecakapan merupakan potensi yang dimiliki oleh seseorang untuk memperoleh tindakan melalui penelitian sehingga kemampuan seseorang tersebut dapat terlihat lebih nyata. Kemampuan dapat diartikan sebagai prestasi seseorang atas tugas yang diberikan saat itu dengan motivasi maksimal, tetapi ditujukan dengan tanpa pelatihan, kemampuan tak mungkin lebih baik dari kecakapan. Terkadang faktor emosional turut mempengaruhi sehingga kemampuan tidak dapat muncul seperti aslinya.
     Test prestasi maksimum termasuk dalam bentuk test kemampuan. Test kemampuan mendefinisikan kata yang digunakan untuk memprediksi prestasi akademik.
           
Penggolongan test psikologi dapat dibagi secara lebih rinci dapat diuraikan sebagai berikut :
1.    Personality Test (Tes Kepribadian)
     Tes kepribadian ini digunakan untuk mengukur atau menilai kepribadian pelamar. Kepribadian bukanlah sesuatu yang salah atau benar, bukan pula sesuatu yang baik atau buruk. Tiap kepribadian mempunyai dua sisi yang saling berkait, yakni memiliki kelemahan serta kekuatan. Seseorang yang memiliki sifat extrovert pun tidak selalu baik. Demikian pula sifat introvert tidak dapat dikatakan jelek. Jika disebutkan satu persatu mungkin terdapat ratusan bagian dari kepribadian misalnya kejujuran, tanggung jawab, pendiam, humoris, nakal, emosional, keras kepala, pkerja keras, malas, patuh, lugu, kreatif.

2.      Achievement Test (Tes Prestasi)
     Test ini digunakan untuk mengukur hasil kerja para pelamar. Bila seseorang menyatakan mengetahui atau memahami suatu hal, tes ini menguji seberapa jauh pengetahuan itu. Semua test psikologi mencakup tes prestasi.

3.    Interest Test (Tes Minat)
     Test minat digunakan untuk mengetahui minat seseorang. Untuk pekerjaan yang lebih spesifik, seperti guru, manager, akuntan, dokter, tes ini sangat dibutuhkan.
     Tes ini memang jarang digunakan para psikolog yang biasa menyelenggarakan tes dalam rangka rekuitmen, tetapi dalam soal-soal test kepribadian (personality test) test ini terkandung didalamnya.

4.    Aptitude Test (Tes Bakat)
     Test bakat digunakan untuk mengukur bakat atau kemampuan, yang mungkin telah dikembangkan atau masih terpendam dan tidak dipergunakan. Tujuannya adalah memprediksi kecakapan belajar para pelamar dikemudian hari. Test ini lebih cocok bagi calon pelamar yang belum berpengalaman seperti ahli mesin, ahli bahasa, ahli musik dan ahli seni.

5.    Intelligence Test (Tes Kecerdasan)
     Test kecerdasan paling luas penggunaannya. Hampir setiap posisi pekerjaan mengadakan test semacam ini. Tujuannya adalah menegetahui kemampuan seseorang dalam kerangka berpikir secara logis dan total.
     Dalam test inteligensi dibagi menjadi dua bentuk soal, yaitu:
a.    Soal tertutup, yaitu pada soal sudah tersedia jawabannya sehingga peserta tes dapat memilih jawaban yang paling benar.
     Soal ini mudah, tetapi karena jawaban yang tersedia hampir mirip atau bahkan mirip, dibutuhkan ketelitian dalam waktu sangat singkat
b.  Soal terbuka, yaitu pada soal belum tersedia jawaban sehingga peserta tes harus menjawab sesuai kemampuannya jawaban bisa berbeda-beda, bergantung pada kemampuan setiap peserta dalam menangkap isi soal.

3. Analisa

Menurut pengamatan saya dengan adanya psikotest online ini sangat menimbulkan pro dan kontra yang ada di dalam masyarakat itu sendiri dikarenakan banyak sekali kegunaannya dengan memudahkan-memudahkan seseorang untuk menjangkau dan mengerjakan soal psikotest tersebut dan dapat dengan mudah juga untuk mendapatkan hasilnya itu sendiri, dimana seseorang harus pergi ke suatu instansi untuk melakukan suatu test psikologi dan harus menunggu hasilnya berhari-hari kemudian, tetapi dengan hanya menggunakan seperangkat keras yang tidak bernyawa kita mampu melakukan psikotest ini. Meskipun hasil dari psikotest online yang ada di internet ini dapat dibilang kurang akurat dibandingkan dengan melakukan psikotest yang langsung dengan suatu instansi tetapi hal ini juga sering digunakan menjadi pacuan seseorang. Sehingga apabila saya ditanya apakah baik dengan adanya psikotest online ini maka saya sebagai mahasiswa psikologi akan mengatakan tidak baik, dikarenakan akan merugikan juga sarjana-sarjana psikologi yang ada. Berikut saya akan menjelaskan apa saja dampak-dampak yang ada dengan adanya psikotest online yang ada di internet ini, yaitu adanya dampak negatif dan dampak positif dalam adanya psikotest online yang ada di internet ini.

Dampak negatif dari adanya psikotest online yang ada di internet:
1. Dapat merugikan sarjana-sarjana psikologi. Dimana sarjana psikologi tersebut tidak terpakai lagi untuk melakukan suatu test-test psikologi ini dan juga dengan menggunakan internet dapat mengakses dan mengerjakan soal-soal dari psikotest online tersebut.
2. Hasilnya kurang efektif dan kurang akurat. Dimana hasilnya tersebut pasti akan ada kekurangannya apabila dibandingkan dengan menggunakan test dengan pergi ke instansi dari test psikologi itu sendiri.
3. Membuat masyarakat menjadi memilih cara yang instan tetapi tidak mendapatkan hasil yang memuaskan
4. Dapat menimbulkan kesalahpahaman dari orang yang melakukan psikotest online yang ada di internet ini, seperti contohnya: mendapatkan hasil test yang buruk padahal hasil test yang sebenarnya tidak buruk.
5. Dari no.4 yang di atas dapat membuat kepercayaan diri seseorang menjadi turun karena mendapatkan hasil test yang tidak akurat.

Dampak positif dari adanya psikotest online yang ada di internet:
1. Apabila seseorang beruntung dan menemukan situs yang benar-benar bagus dan akurat maka hasil test tersebut dapat digunakan sebagai acuan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan diri dari orang apabila mendapatkan hasil yang bagus.
2. Menekan pengeluaran dari seseorang karena tidak perlu untuk ribet lagi untuk melakukan psikotest ke instansi psikotest tersebut
3. Tidak perlu untuk membuang-buang waktu untuk melakukan psikotest tersebut di instansi psikotest.
4. Memiliki pegangan dalam psikotest tersebut dengan cara yang praktis

Saran: Lebih baik di internet digunakan aplikasi berbayar dalam psikotest online ini karena dengan adanya aplikasi berbayar tersebut dalam psikotest online ini akan berdampak lebih positif. Positifnya itu seperti mendapatkan hasil yang akurat dan efektif dan tidak memakan biaya yang cukup besar dalam melakukan test ini, dapat mengirit waktu, biaya  dan lain-lain sehingga orang lain juga akan percaya dengan psikotest online ini sendiri apabila diadakannya aplikasi berbayar dalam psikotest onlien itu sendiri.

Kesimpulan: Psikotest online menimbulkan pro dan kontra yang dapat dibicarakan dewasa ini, juga menimbulkan dampak negatif serta dampak positif. Tetapi lebih banyak menimbulkan dampak negatif tersebut seperti merugikan suatu orang yaitu sarjana psikologi, dengan hasil yang tidak selalu akurat dan sebagainya.

4. Referensi

-          Widayat, Bagus. (2006). Psikotes TPA & Wawancara Kerja. Yogyakarta: ImagePress.

Rabu, 02 Oktober 2013

Kognisi Sosial: Heuristik dan Pemrosesan Otomatis (Psikologi Sosial 1)



·      Heuristik dan Pemrosesan Otomatis dalam Kognisi Sosial: Bagaimana Mengurangi Usaha Kita dalam Kognisi Sosial
Pada awal bab ini telah dipaparkan sebuah kejadian di mana seorang pengemudi yang sedang berbicara di telepon genggamnya tanpa disadari mengemudikan mobilnya ke perempatan jalan yang ramai walaupun lampu lalu lintas masih menunjukkan warna merah. Satu alasan mengapa ini bisa terjadi adalah kapasitas kognitif yang cukup untuk bisa berkendara dengan aman, meskipun ia sudah sangat terlatih mengendarai mobil dan biasanya ia dapat melakukannya dengan sedikit atau tanpa perhatian. Pendek kata, ia mungkin telah memasuki suatu keadaan Kejenuhan Informasi (information overload), Kejenuhan Informasi adalah suatu keadaan di mana pengolahan informasi kita telah berada di luar kapasitas kemampuan yang sesungguhnya. Karena cukup sering menghadapi situasi seperti ini, kita menggunakan berbagai strategi untuk melebarkan kapasitas kognitif--untuk bisa melakukan lebih banyak dengan usaha yang lebih sedikit. Supaya berhasil, berbagai strategi tersebut harus memenuhi dua persyaratan yaitu harus menyediakan cara yang cepat dan sederhana untuk dapat mengolah informasi sosial dalam jumlah banyak, dan harus dapat digunakan—harus berhasil. Banyak jalan pintas yang berpotensi untuk mengurangi usaha mental, namun di antara jalan pintas tersebut mungkin yang paling berguna adalah heuristik (heuristics). Heuristik adalah aturan sederhana untuk membuat keputusan kompleks atau untuk menarik kesimpulan secara cepat dan seakan tanpa usaha yang berarti. Jenis Heuristik ada 2, yaitu:
1. Heuristik keterwakilan (heuristic representativeness): Sebuah strategi untuk membuat penilaian berdasarkan pada sejauh mana stimuli atau peristiwa tersebut mempunyai kemiripan dengan stimuli atau kategori yang lain. Contoh: Kita mengenal Tika sebagai pribadi yang teratur, ramah, rapi, memiliki perpustakaan di rumahnya dan sedikit pemalu. Namun kita tidak mengetahui pekerjaannya. Mungkin kita langsung menilainya sebagai pustakawan. Dengan kata lain, kita menilai berdasarkan: semakin mirip seseorang dengan ciri-ciri khas orang-orang dari suatu kelompok, semakin mungkin ia merupakan bagian dari kelompok tersebut.
2. Heuristik ketersediaan (availability heuristic): Sebuah strategi untuk membuat keputusan berdasarkan seberapa mudah suatu informasi yang spesifik dapat dimunculkan dalam pikiran kita. Heuristic ini dapat mengarahkan kita untuk melebih-lebihkan kemungkinan munculnya peristiwa dramatis, namun jarang, karena peristiwa itu mudah masuk ke pikiran kita. Contoh: Banyak orang merasa lebih takut tewas dalam kecelakaan pesawat daripada kecelakaan di darat. Hal ini karena fakta bahwa kecelakaan pesawat jauh lebih dramatis dan menyedot lebih banyak perhatian media. Akibatnya, kecelakaan pesawat lebih mudah terpikir sehingga berpengaruh lebih kuat dalam penilaian individu. Heuristic ini berhubungan dengan proses pemaparan awal (priming)—meningkatnya ketersediaan informasi sebagai hasil dari sering hadirnya rangsangan atau peristiwa-peristiwa khusus. Pemaparan awal bisa muncul bahkan ketika individu tidak sadar akan adanya rangsangan yang telah dipaparkan sebelumnya—disebut juga pemaparan awal otomatis.

·      Pemrosesan Otomatis dalam Kognisi Sosial: Bagaimana Kita Mengatur untuk Melakukan Dua Hal Pada Satu Waktu
Cara lain untuk mengatasi fakta bahwa dunia sosial bersifat kompleks, sementara kapasitas pemrosesan informasi kita terbatas adalah dengan melakukan banyak aktivitas—mencakup beberapa aspek pemikiran sosial dan perilaku sosial—secara otomatis (atau yang biasa disebut oleh para psikolog sebagai pemrosesan otomatis atau automatic processing). Pemrosesan otomatis (automatic processing) yang terjadi ketika, setelah berpengalaman melakukan suatu tugas atau mengolah suatu onformasi tertentu yang seakan tanpa perlu usaha yang besar, secara otomatis dan tidak disadari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa begitu teraktivasi, skema dan kerangka mental lainnya dapat mempengaruhi tidak hanya pemikiran sosial, tapi juga perilaku sosial. Contohnya: Saat pertama kali belajar sepeda, kita memerlukan perhatian khusus dalam mengendarainya. Seiring dengan berkembangnya keahlian bersepeda kita, kita dapat melakukan tugas-tugas lain seperti berbicara sambil bersepeda. Jadi, sering kali pergantian dari pemrosesan terkontrol (controlled processing—yang penuh dengan usaha dan kesadaran) ke pemrosesan otomatis merupakan sesuatu yang kita inginkan, karena proses ini dapat menghemat banyak usaha.
Hal ini berlaku juga pada kognisi sosial. Contohnya, ketika kita memiliki skema tentang kelompok sosial tertentu (misalnya dokter atau profesi-profesi lain), kita memiliki cara singkat untuk berpikir mengenai ciri dari anggota kelompok profesi tersebut. Misalnya kita dapat berasumsi bahwa semua dokter sibuk, jadi penting untuk bicara tanpa basa-basi dengan mereka; bahwa mereka pintar namun tidak selalu memiliki tenggang rasa; dan seterusnya. Namun biasanya, kemudahan dan efisiensi berpikir ini juga diikuti oleh kemungkinan hilangnya akurasi. Contohnya, bukti yang terus bertambah menunjukkan bahwa satu jenis skema yaitu stereotip bisa teraktivasi secara otomatis dan tanpa disadari oleh ciri-ciri fisik suatu kelompok tertentu. Jadi, kulit gelap dapat secara otomatis memicu stereotip negatif mengenai orang Africa-America walaupun orang tersebut tidak memiliki intensi untuk berpikir mengenai stereotip ini. Sejalan dengan ini, sikap (keyakinan dan evaluasi terhadap aspek tertentu dari dunia sosial) dapat secara otomatis dipicu hanya oleh kehadiran dari objek sikapnya. Pemrosesan otomatis seperti ini tentunya dapat mengarah pada kesalahan yang serius.

Sumber:
Baron, R. A., Bryne, D. (2003). Psikologi sosial jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.