Rabu, 02 Oktober 2013

Kognisi Sosial: Heuristik dan Pemrosesan Otomatis (Psikologi Sosial 1)



·      Heuristik dan Pemrosesan Otomatis dalam Kognisi Sosial: Bagaimana Mengurangi Usaha Kita dalam Kognisi Sosial
Pada awal bab ini telah dipaparkan sebuah kejadian di mana seorang pengemudi yang sedang berbicara di telepon genggamnya tanpa disadari mengemudikan mobilnya ke perempatan jalan yang ramai walaupun lampu lalu lintas masih menunjukkan warna merah. Satu alasan mengapa ini bisa terjadi adalah kapasitas kognitif yang cukup untuk bisa berkendara dengan aman, meskipun ia sudah sangat terlatih mengendarai mobil dan biasanya ia dapat melakukannya dengan sedikit atau tanpa perhatian. Pendek kata, ia mungkin telah memasuki suatu keadaan Kejenuhan Informasi (information overload), Kejenuhan Informasi adalah suatu keadaan di mana pengolahan informasi kita telah berada di luar kapasitas kemampuan yang sesungguhnya. Karena cukup sering menghadapi situasi seperti ini, kita menggunakan berbagai strategi untuk melebarkan kapasitas kognitif--untuk bisa melakukan lebih banyak dengan usaha yang lebih sedikit. Supaya berhasil, berbagai strategi tersebut harus memenuhi dua persyaratan yaitu harus menyediakan cara yang cepat dan sederhana untuk dapat mengolah informasi sosial dalam jumlah banyak, dan harus dapat digunakan—harus berhasil. Banyak jalan pintas yang berpotensi untuk mengurangi usaha mental, namun di antara jalan pintas tersebut mungkin yang paling berguna adalah heuristik (heuristics). Heuristik adalah aturan sederhana untuk membuat keputusan kompleks atau untuk menarik kesimpulan secara cepat dan seakan tanpa usaha yang berarti. Jenis Heuristik ada 2, yaitu:
1. Heuristik keterwakilan (heuristic representativeness): Sebuah strategi untuk membuat penilaian berdasarkan pada sejauh mana stimuli atau peristiwa tersebut mempunyai kemiripan dengan stimuli atau kategori yang lain. Contoh: Kita mengenal Tika sebagai pribadi yang teratur, ramah, rapi, memiliki perpustakaan di rumahnya dan sedikit pemalu. Namun kita tidak mengetahui pekerjaannya. Mungkin kita langsung menilainya sebagai pustakawan. Dengan kata lain, kita menilai berdasarkan: semakin mirip seseorang dengan ciri-ciri khas orang-orang dari suatu kelompok, semakin mungkin ia merupakan bagian dari kelompok tersebut.
2. Heuristik ketersediaan (availability heuristic): Sebuah strategi untuk membuat keputusan berdasarkan seberapa mudah suatu informasi yang spesifik dapat dimunculkan dalam pikiran kita. Heuristic ini dapat mengarahkan kita untuk melebih-lebihkan kemungkinan munculnya peristiwa dramatis, namun jarang, karena peristiwa itu mudah masuk ke pikiran kita. Contoh: Banyak orang merasa lebih takut tewas dalam kecelakaan pesawat daripada kecelakaan di darat. Hal ini karena fakta bahwa kecelakaan pesawat jauh lebih dramatis dan menyedot lebih banyak perhatian media. Akibatnya, kecelakaan pesawat lebih mudah terpikir sehingga berpengaruh lebih kuat dalam penilaian individu. Heuristic ini berhubungan dengan proses pemaparan awal (priming)—meningkatnya ketersediaan informasi sebagai hasil dari sering hadirnya rangsangan atau peristiwa-peristiwa khusus. Pemaparan awal bisa muncul bahkan ketika individu tidak sadar akan adanya rangsangan yang telah dipaparkan sebelumnya—disebut juga pemaparan awal otomatis.

·      Pemrosesan Otomatis dalam Kognisi Sosial: Bagaimana Kita Mengatur untuk Melakukan Dua Hal Pada Satu Waktu
Cara lain untuk mengatasi fakta bahwa dunia sosial bersifat kompleks, sementara kapasitas pemrosesan informasi kita terbatas adalah dengan melakukan banyak aktivitas—mencakup beberapa aspek pemikiran sosial dan perilaku sosial—secara otomatis (atau yang biasa disebut oleh para psikolog sebagai pemrosesan otomatis atau automatic processing). Pemrosesan otomatis (automatic processing) yang terjadi ketika, setelah berpengalaman melakukan suatu tugas atau mengolah suatu onformasi tertentu yang seakan tanpa perlu usaha yang besar, secara otomatis dan tidak disadari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa begitu teraktivasi, skema dan kerangka mental lainnya dapat mempengaruhi tidak hanya pemikiran sosial, tapi juga perilaku sosial. Contohnya: Saat pertama kali belajar sepeda, kita memerlukan perhatian khusus dalam mengendarainya. Seiring dengan berkembangnya keahlian bersepeda kita, kita dapat melakukan tugas-tugas lain seperti berbicara sambil bersepeda. Jadi, sering kali pergantian dari pemrosesan terkontrol (controlled processing—yang penuh dengan usaha dan kesadaran) ke pemrosesan otomatis merupakan sesuatu yang kita inginkan, karena proses ini dapat menghemat banyak usaha.
Hal ini berlaku juga pada kognisi sosial. Contohnya, ketika kita memiliki skema tentang kelompok sosial tertentu (misalnya dokter atau profesi-profesi lain), kita memiliki cara singkat untuk berpikir mengenai ciri dari anggota kelompok profesi tersebut. Misalnya kita dapat berasumsi bahwa semua dokter sibuk, jadi penting untuk bicara tanpa basa-basi dengan mereka; bahwa mereka pintar namun tidak selalu memiliki tenggang rasa; dan seterusnya. Namun biasanya, kemudahan dan efisiensi berpikir ini juga diikuti oleh kemungkinan hilangnya akurasi. Contohnya, bukti yang terus bertambah menunjukkan bahwa satu jenis skema yaitu stereotip bisa teraktivasi secara otomatis dan tanpa disadari oleh ciri-ciri fisik suatu kelompok tertentu. Jadi, kulit gelap dapat secara otomatis memicu stereotip negatif mengenai orang Africa-America walaupun orang tersebut tidak memiliki intensi untuk berpikir mengenai stereotip ini. Sejalan dengan ini, sikap (keyakinan dan evaluasi terhadap aspek tertentu dari dunia sosial) dapat secara otomatis dipicu hanya oleh kehadiran dari objek sikapnya. Pemrosesan otomatis seperti ini tentunya dapat mengarah pada kesalahan yang serius.

Sumber:
Baron, R. A., Bryne, D. (2003). Psikologi sosial jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar