LAPORAN PRAKTIKUM PSIKOLOGI FAAL
Nama
Mahasiswa : Adam Tirtaputra
NPM : 10512115
Tanggal
Pemeriksaan : 22 Juni 2013
|
Nama
Asisten : 1. Fransiskus F.
2. -
Paraf
Asisten :
|
I. Percobaan : Indera Peraba
1. Nama
Percobaan : 1. Perasaan pada kulit
Nama Subjek Percobaan : Adam
Tirtaputra
Tempat Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui
adanya reseptor tekanan, sakit, sentuhan, dingin dan panas pada kulit, serta
mengetahui letak masing-masing reseptor.
b. Dasar Teori : Sensasi
somatis mangacu pada sensasi di permukaan kulit. Somato sensoris tampaknya
hanya mengacu pada satu sistem saja, yaitu sistem peraba, namun sebenarnya ia
memiliki tiga sistem yang berbeda namun saling berinteraksi satu sama lain,
yaitu:
1. Sistem Exteroceptive,
yang mengindera stimulus eksternal yang dirasakan kulit.
2.
Sistem Proprioceptive, yang memonitor
informasi tentang posisi tubuh berdasarkan reseptor di otot, persendian, dan
organ-organ keseimbangan.
3.
Sistem Interoceptive, yang mampu
menyediakan semua informasi tentang kondisi tubuh (temperatur, tekanan darah).
Pada
bagian ini, akan dititikberatkan pada sistem exteroceptive yang mampu mengindera stimulus eksternal yang
dirasakan kulit. Organon Tactus adalah alat yang berkaitan dengan indera
peraba. Organon tactus meliputi kulit dan alat-alat tambahan. Kulit adalah
pelindung terhadap dunia luar, sebagai penghalang dari kerusakan dan kuman.
Kulit juga membantu membuang zat-zat yang tidak berguna dan mengatur suhu
badan. Kulit terdiri dari 2 lapisan, yaitu:
1. Cutis,
terdiri dari epidermis dan corium.
2. Subcutis, mengandung banyak lemak terdiri dari Stratum Corneum dan Stratum Gemanaticum.
Di
dalam kulit terdapat berbagai macam organ, yaitu:
1. Rambut, akar rambut tertanam dalam-dalam di
dermis. Tiap helai rambut terdiri dari akat dan batang yang tumbuh melalui
epidermis ke permukaan kulir. Akar rambut terpancang dalam liang yang disebut folikel dan mendapat suplai makanan dari
darah melalui bagian kembang yang disebut papila.
2. Kelenjar, terdiri dari: Kelenjar minyak dan
kelenjar keringat. Kelenjar minyak berhubungan dengan folikel rambut dan menghasilkan minyak untuk melumasi kulit,
sedangkan kelenjar keringat terletak pada dermis yang terbuka pada permukaan
kulit, dan melepaskan air serta sisa-sisa metabolisme tubuh.
3. Panca Indera, terdiri dari: Inter Epitelial dan Jaringan pengikat. Inter Epithelial merupakan
jaringan-jaringan yang bersama-sama membentuk organ kulit, termasuk di dalamnya
jaringan saraf. Jaringan pengikat mendukung dan membungkus sel-sel kulit dan
memungkinkan makanan dari dalam darah masuk ke sel. Sel jaringan ikat ini juga
menyimpan lemak dan terutama terdapat di lapisan kulit yang terbawah dan di
sekitar usus.
Kulit
berfungsi sebagai:
1. Mekanoreseptor,
berkaitan dengan indera raba, tekanan, getaran, dan kinestesi.
2. Thermoreseptor,
berkaitan dengan penginderaan yang mendeteksi panas dan dingin.
3. Reseptor nyeri, berkaitan dengan mekanisme
protektif bagi tubuh.
Pada
glabrous atau kulit yang tidak
memiliki rambut (seperti telapak tangan) memiliki empat macam reseptor. Dua
diantaranya sangat mudah beradaptasi dan merespon stimulasi taktil yang datang,
yaitu Pacinian Corpuscle (Corpuscullus Lamellosum Paccini),
reseptor terbesar dan letaknya paling dalam (pada subcutis); dan Meissner
Corpuscle (Corpuscullus Tactus dari
Meissner) yang terletak persis di
bawah kulit terluar (epidermis). Sebaliknya, reseptor Merkel dan Ruffini Corpuscle
(Corpuscullus Ruffini) hanya akan
merespon terhadap stimulasi taktil yang lama.
Seperti halnya pada kulit glabrous, kulit yang berambut juga memiliki corpuscullus Paccini, corpuuscullus Ruffini, reseptor Merkel, tetapi ia tidak memiliki corpuscullus Meissner. Sebagai gantinya, maka terdapat reseptor rambut yang terletak di dekat pangkal akar rambut.
Berdasarkan
reseptor-reseptor tadi, maka seseorang dapat mengidentifikasi objek melalui
sentuhan (Stereognosis). Modalitet
peraba bagi tubuh adalah taktil, sakit atau nyeri, panas, dingin, dan tekanan.
Reseptor taktil dan sakit adalah coupuscullus
Tactus dari Meissner. Reseptor
panas adalah corpuscullus Ruffini (Di
dekat subcutis dan corium), reseptor dingin adalah Corpuscullus Bulbo Ideakrauso (Di dekat subcutis dan corium). Reseptor tekanan adalah corpuscullus Lamellosum Paccini yang terletak di subcutis.
Serabut
saraf yang menghantarkan impuls panas lebih tebal daripada yang menghantarkan
impuls dingin. Impuls panas dan dingin dihantarkan melalui Tractus spino thallamicus lateralis. Bila suatu sarah pada satu
tempat dipanasi atau didinginkan akan timbul aliran listrik yang dapat
menimbulkan aliran aksi. Aliran listrik ini jadi timbul bila ada dua tempat
yang berurutan pada saraf ada perbedaan dalam suhu atau bila ada gradient. Berhubungan dengan hal ini ada
pendapat bahwa reseptor thermal juga berupa akhiran saraf bebas (free nerve ending), jadi bila suhu
reseptor lebih rendah daripada dendrit, maka akan timbul potensial generator
sehingga timbul impuls yang menyebabkan perasaan dingin. Sebaliknya, bila suhu
reseptor lebih tinggi dari dendrit akan timbul perasaan panas.
c. Alat yang Digunakan : 3
baskom plastik; air panas, air dingin, dan air suhu ruangan serta sapu tangan.
d. Jalannya Percobaan : Sediakan
3 baskom plastik dimana baskom A berisikan air hangat (kurang lebih 50o
C) sedangkan baskom B di isikan dengan air dingin dan baskom C diisikan dengan
baskom dengan suhu ruangan. Mula-mula secara serentak masukkan tangan praktikan
ke baskom A dan B selama 15 detik (tangan kiri ke baskom A dan tangan kanan ke
baskom B. Setelah itu, masukkan secara bersamaan tangan praktikan ke baskom C.
Tanyakan bagaimana rasanya?
e. Hasil Percobaan : 1.1 Hasil Individu: Pada awalnya tangan kiri
terasa panas dan tangan kanan terasa dingin, dikarenakan baskom yang berada
pada tangan kiri merupakan baskom dengan air panas sedangkan baskom yang berada
pada tangan kanan merupakan baskom dengan air dingin. Lalu pada saat dicelupkan
ke air yang bersuhu ruangan, kedua tangan merasakan kebalikannya.
1.2 Hasil Sebenarnya: Thermoreseptor: Reseptor yang mendeteksi panas dan dingin. Panas (Ruffini) dan dingin (End Krause)
f.
Kesimpulan : Kulit adalah indera peraba yang memiliki reseptor khusus
untuk sentuhan, panas, dingin, rasa sakit, tekanan, dan kinestetis. Kulit
terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam atau
lapisan dermis. Pada epidermis
tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf. Epidermis tersusun atas empat
lapis sel. Kulit terdiri dari :
1. Epidermis yaitu bagian terluar.
2. Dermis yaitu kelenjar dan
saluran keringat bulbus rambut, folikel rambut, dan akar
rambut, kelenjar sebaeus.
3. Subcutaneous,
yaitu pembuluh darah syaraf
cutaneous dan jaringan otot.
Sehubungan dengan fungsinya sebagai alat peraba, kulit
dilengkapi dengan reseptor reseptor khusus. Reseptor untuk rasa sakit ujungnya
menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya berada di
dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas,
ujung reseptornya terletak di dekat epidermis.
g. Daftar Pustaka : Puspitawati,
Ira. (1998). Psikologi faal. Depok:
Universitas Gunadarma.
2. Nama
Percobaan : 2. Lokalisasi Taktil
Nama Subjek Percobaan : Adam Tirtaputra
Tempat Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Memahami serta
mengetahui kepekaan syaraf peraba dengan melokalisir tempat yang ditusukkan ke
berbagai tempat; serta mengetahui kepekaan TPL (Two Point Localization).
b. Dasar Teori : Pada
korteks terdapat dua bagian sensori somatis, yaitu Primary somatosensory cortex (SI) di bagian postcentral gyrus dan secondary
sumatosensory cortex (SII) di bagian lateral
fissure. Kerusakan pada Primary
somatosensory cortex menyebabkan hilangnya kemampuan untuk mendeteksi
sentuhan yang tingan, mendeteksi posisi sambungan (contohnya ujung jari
telunjuk kanan ditemukan dengan ujung jari telunjuk kiri), dan mendeteksi
dengan tepat tempat-tempat dimana seseorang disentuh (disentuh jari kelingking,
tetapi menurutnya yang disentuh adalah jari tengah), dan muncul hambatan Stereognosis (tidak dapat
mengidentifikasi objek melalui sentuhan, misalnya diminta mengidentifikasi
bentuk kubus (dengan mata ditutup), tetapi dikatakannya itu bentuk bola).
Kerusakan-kerusakan pada SI bersifat unilateral dan akibatnya bersifat
kontralateral (bila kortes bagian kana yang rusak, maka yang akan terpengaruh
adalah bagian tubuh sebelah kiri, demikian juga sebaliknya) dan sifatnya hanya
ringan, kecuali apabila yang mengalami kerusakan itu berkaitan dengan
saraf-saraf di bagian tangan.
Bila
kerusakan pada sebelah bagian otak menyebabkan disfungsi pada kedua bagian
tubuh (bilateral, baik kiri maupun yang kanan), maka hal tersebut adalah
tanda-tanda kerusakan pada bagian SII (Secondary
somatosensory cortex). Seseorang yang mengalami hambatan dalam mengenali
suatu objek melalui sentuhan (seperti stereognosis
di atas), tetapu tidak ada kelainan dalam intelektual, maupun dalam saraf-saraf
sensorisnya, maka is menderita asterognosia.
Kelainan ini berkaitan dengan asomatognosia,
yaitu kegagalan untuk mengenali bagian tubuhnya sendiri. Asomatognosia umumnya berkaitan dengan kerusakan hemisfer sebelah
kanan.
Asomatognosia
umumnya diikuti oleh anosognosia
(mengingkari symptom neurologisnya)
dan contralateral neglect (tendensi
untuk tidak merespon stimuli yang kontralateral terhadap kerusakan hemisfer
sebelah kanan.
Mekanoreseptor dapat merespon tentang perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan mengalami
depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi. Apabila depolarisasinya
cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke reseptor akan melepaskan
potensial aksi dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan otak.
Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls
yang berbeda pula. Diskriminasi dua titik adalah Kemampuan membedakan rangsangan
kulit oleh satu ujung benda dari dua ujung. Berbagai daerah tubuh bervariasi
dalam kemampuan membedakan dua titik pada tingkat derajat pemisahan bervariasi.
Normalnya dua titik terpisah 2 – 4 mm dapat dibedakan pada ujung jari tangan,
30 - 40mm dapat dibedakan pada dorsum
pedis. Tes dapat menggunakan kompas, jepitan rambut.
Sensasi taktil dibawa ke corda spinalis oleh satu dari tiga jenis neuron sensorik: serat tipe
A beta yang besar, serat tipe A delta yang kecil, dan serat tipe C yang paling
kecil. Kedua jenis serat tipe A
mengandung mielin dan menyalurkan potensial aksi dengan sangat cepat; semakin besar serat semakin cepat
transmisinya dibanding serat yang lebih kecil. Informasi taktil yang dibawa
dalam serat A biasanya terlokalisasi baik. Serat C yang tidak mengandung mielin
dan menyalurkan potensial aksi ke korda spinalis jauh lebih lambat
daripada serat A.
Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan,
dan getaran masuk ke corda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai. Informasi dengan lokalisasi dibawa oleh serat-serat
A yang melepaskan potensial aksi dengan cepat (beta dan delta) di kirim ke otak
melalui sistem lemniskus kolumna dorsalis. Serat-serat saraf dalam sisitem ini menyebrang dari
kiri ke kanan di batang otak sebelum bersinaps di thallamus. Informasi
mengenai suhu dan sentuhan yang lokalisasi kurang baik di bawa ke korda
spinalis melalui serat-serat C yang melepaskan potensial aksi secara lambat.
Info tersebut dikirim ke daerah retikularis di batang otak dan kemudian
ke pusat-pusat yang
lebih tinggi melalui serat di sistem anterolateral.
c. Alat yang Digunakan : Spidol
dan penggaris.
d. Jalannya Percobaan : Pertama-tama
tutup mata praktikan dengan menggunakan sapu tangan. Lalu teman sebelahnya
menitikkan lengan praktikan dengan spidol/pulpen sebanyak 3 kali dan menitikkan
di wajah praktikan sebanyak 2 kali. Minta kepada praktikan untuk dengan cepat
menitikkan kembali bagian lengan yang dititikkan oleh teman sebelahnya. Hitung
jaraknya dengan penggaris.
e. Hasil Percobaan : 2.1 Hasil Individu: Hasil penitikkan kembali:
1.
1 cm (Lengan)
2.
1,5 cm (Lengan)
3.
2 cm (Lengan)
4. 1,5 cm (Wajah)
5.
1 cm (Wajah)
2.2 Hasil Sebenarnya: Bila jarak tusukkan pertama
dengan jarak tusukkan kedua kurang dari 5 cm, maka saraf perabanya baik. Bila
lebih dari 5 cm maka saraf perabanya kurang baik. TPL (Two Point Localization) lebih peka pada bagian yang menonjol
seperti hidung, mata, bibir, ujung jari, dan telinga. Jarak yang teman kalian
tusuk dengan yang kalian dapatkan tergantung dari waktu. Waktu yang
mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi. TPL adalah sistem yang menyebar
dan melingkar.
f. Kesimpulan : Kebanyakan
dari semua informasi dari sentuhan, tekanan, getaran, dan kinestetis masuk ke corda spinallis melalui dorsal root saraf spinal yang sesuai.
TPL lebih peka pada bagian yang lebih menonjol, seperti hidung, mata, bibir,
dan lain-lain sehingga apabila dititikkan ke daerah wajah akan lebih tepat
dibandingkan dengan lengan. Jarak yang dititikkan antara 1 dengan yang kedua tergantung
dari jarak waktu, jadi apabila semakin cepat dalam menitikkan kembali titik
yang dititikkan tadi maka kemungkinan akan semakin tepat. TPL juga merupakan
suatu sistem yang menyebar dan melingkar.
g. Daftar Pustaka : Puspitawati,
Ira. (1998). Psikologi faal. Depok:
Universitas Gunadarma.
3. Nama
Percobaan : 3. Daya membedakan sifat benda.
Nama Subjek Percobaan : Adam
Tirtaputra
Tempat Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk membuktikan
kepekaan syaraf peraba terhadap kehalusan benda sampai kekasaran benda; serta
bentuk-bentuk benda (Stereognostik).
b.
Dasar Teori : Banyak dikatakan bahwa akhiran saraf yang mengelilingi
folliculus pada rambut
adalah reseptor taktil. Pada tempat–tempat dimana tidak ada rambut, tetapi
dengan kepekaan besar terhadap stimulus taktil, ternyata terdapat banyak corpusculum
tractus. Sering dikatakan bahwa meniscus tractus juga merupakan
suatu reseptor taktil. Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi perasaan taktil
kasar dan perasaan taktil halus. Impuls taktil kasar dihantarkan oleh tractus
spinothalamicus anterior, sedangkan implus taktil halus dihantarkan melalui
faciculus gracilis dan faciculus cunneatus.
Perasaan
taktil ada dua macam :
1. Perasaan
taktil yang halus
Kepekaan
terhadap taktil halus diketahui dengan menentukan jarak terdekat antara dua
titik di kulit yang sekaligus distimulasi dan masih dapat dibedakan sebagai dua
titik. Implus taktil ini dihantarkan melalui fasciculus gracillis
cuneatus.
2. Perasaan
taktil kasar
Impuls
taktil ini dihantarkan melalui tractus spinothalamicus anterior.
Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan dan
getaran sering di golongkan sebagai sensasi terpisah, mereka semua dideteksi
oleh jenis reseptor yang sama. Satu – satunya perbedaan diantara ketiganya
adalah :
1. Sensasi
raba, umunya disebabkan oleh reseptor taktil di dalam kulit atau di
dalam jaringan tepat dibawah kulut.
2. Sensasi
tekanan biasanya disebabkan oleh perubahan bentuk jaringan yang lebih dalam
3. Sensasi
getaran, disebabkan oleh sinyal sensori yang berulang dengan cepat, tetapi
menggunakan beberapa jenis reseptor yang sama seperti yang digunakan untuk raba
dan tekanan.
Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus besar,
sehingga diduga bahwa akhiran syaraf yang mengelilingi foliculus rambut
adalah reseptor taktil.
Kita dapat membedakan benda – benda tanpa melihat
bentuknya. Disini yang berperan adalah reseptor kinaesthesi. Bentuk dan
berat benda dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang digeserkan.
Pada tempat di mana tidak ada rambut, tetapi dengan
kepekaan yang besar terdapat stimulus taktil, ternyata banyak corpuscullum
tactus. Diduga bahwa miniscus tactus juga merupakan reseptor taktil.
c. Alat yang Digunakan : Sapu
tangan besar, amplas (berbagai macam dari yang halus sampai yang kasar; serta
berbagai macam bentuk balok (kubus, silider, lingkaran, segitiga kerucut) dan
berbagai bentuk buah mainan dan huruf.
d. Jalannya Percobaan : 3.1 Kekasaran Permukaan: Tutup mata praktikan
dengan menggunakan sapu tangan lalu memiliki 4 amplas dan tentukan amplas
tersebut, amplas dari yang terhalus sampai dengan amplas yang terkasar.
3.2 Berbagai bentuk benda (Stereognostik): Minta kepada praktikan untuk menutup matanya dengan
menggunakan sapu tangan, lalu berikan benda dengan bentuk-bentuk yang berbeda.
Praktikan diminta untuk menebak bentuk 5 buah benda yang ditentukan oleh asisten.
e. Hasil Percobaan : 3.1 Hasil Individu:
3.1.1 Kekasaran Permukaan: Benar semua (4)
3.1.2 Stereognostik:
1.
Huruf G (Benar)
2.
Huruf W (Salah) Seharusnya huruf M.
3.
Jagung (Benar)
4.
Tabung (Benar)
5.
Huruf R ( Benar)
3.2 Hasil Sebenarnya:
3.2.1 Kekasaran Permukaan: Benar semua (4)
3.2.2 Stereognostik:
1.
Huruf G (Benar)
2.
Huruf W (Salah) Seharusnya huruf M.
3.
Jagung (Benar)
4.
Tabung (Benar)
5.
Huruf R ( Benar)
f. Kesimpulan : 3.1 Kekasaran Permukaan: Kepekaan kulit
terhadap taktil halus dapat diketahui dengan menentukan jarak terdekat antara
dua titik di kulit yang sekaligus distimulasi dan masih dapat dibedakan sebagai
dua titik. Impuls taktil ini dihantarkan melalui fasciculus gracillis
cuneatus. Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan dan getaran sering
di golongkan sebagai sensasi terpisah, mereka semua dideteksi oleh jenis
reseptor yang sama.
3.2 Stereognostik:
Kepekaan kulit pada kulit yang berambut terhadap stimulus besar, sehingga
diduga bahwa akhiran dari syaraf yang mengelilingi folliculus rambut
adalah reseptor taktil, sehingga kita dapat membedakan benda–benda tanpa
melihat bentuknya. Disini yang berperan adalah reseptor kinaesthesi.
Bentuk dan berat benda tersebut dapat dibedakan dengan reseptor tekanan yang
digeserkan. Pada tempat di mana tidak ada rambut, tetapi dengan kepekaan yang
besar terdapat stimulus taktil, ternyata banyak corpuscullum tactus.
Diduga bahwa miniscus tactus juga merupakan reseptor taktil.
g. Daftar Pustaka : Seksi
Laboratorium Psikologi Faal. (2001). Petunjuk praktikum psikologi faal.
Yogyakarta: Laboratorium Psikologi Faal Fakultas Psikologi UGM.
4. Nama
Percobaan : 4. Gerak Refleks
Nama Subjek Percobaan : Adam
Tirtaputra
Tempat Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk mengetahui
adanya gerakan-gerakan refleks pada otot.
b.
Dasar Teori : Baik disadari maupun tidak, tubuh kita selalu
melakukan gerak, bahkan seseorang yang tidak memiliki kesempurnaan pun akan
tetap melakukan gerak. Saat kita tersenyum, mengedipkan mata atau bernapas
sesungguhnya telah terjadi gerak yang disebabkan oleh kontraksi otot. Gerak
terjadi begitu saja, gerak terjadi melalui mekanisme rumit dan melibatkan
banyak bagian tubuh. Terdapat banyak komponen–komponen tubuh yang terlibat
dalam gerak ini baik itu disadari maupun tidak disadari.
Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik
itu dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Gerak
merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan penghantaran
impuls oleh saraf. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita
tak lepas dari peranan system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan
saraf yang di dalamnya terdapat sel-sel saraf atau neuron. Meskipun sistem
saraf tersusun dengan sangat kompleks, tetapi sebenarnya hanya tersusun atas 2
jenis sel,yaitu sel saraf dan sel neuroglia.
Adapun berdasarkan fungsinya system saraf itu sendiri
dapat dibedakan atas tiga jenis :
1. Sel
saraf sensorik
Sel saraf sensorik adalah sel yang membawa impuls
berup rangsangan dari reseptor (penerima rangsangan), ke sistem saraf pusat
(otak dan sumsum tulang belakang). Sel saraf sensorik disebut juga dengan sel
saraf indera, karena berhubungan dengan alat indera.
2. Sel
saraf Motorik
Sel saraf
motorik berfungsi membawa impuls berupa tanggapan dari susunan saraf pusat
(otak atau sumsum tulang belakang) menuju kelenjar tubuh. Sel saraf motorik
disebut juga dengan sel saraf penggerak, karena berhubungan erat dengan otot
sebagai alat gerak.
3. Sel
saraf penghubung
Sel saraf
penghubung disebut juga dengan sel saraf konektor, hal ini disebabkan karena
fungsinya meneruskan rangsangan dari sel saraf sensorik ke sel saraf motorik.
Namun pada hakikatnya sebenarnya sistem saraf terbagi
menjadi du kelompok besar :
1. Sistem saraf sadar
Adalah sistem saraf yang mengatu tau mengkoordinasikan
semua kegiatan yang dapat diatur menurut kemauan kita. Contohnya, berjalan,
berfikir, menulis, berbicara, melempar bola dan lain-lain.
Saraf sadar pun terbagi menjadi dua :
a. Saraf pusat terdiri dari :
- Otak:
Merupakan pusat kesadaran,yang letaknya di rongga tengkorak.
- Sumsum
tulang belakang: Sumsum tulang belakang berfungsi sebagai penghantar
impuls (rangsangan) dari otak dan menuju ke otak, serta mengkoordinasikan gerak
refleks. Letaknya pada ruas-ruas tulang belakang, yakni dari ruas-ruas tulang
leher hingga ke ruas-ruas tulang pinggang yang kedua dan dalam sumsum ini
terdapat simpul-simpul gerak refleks.
b. Saraf Tepi:
Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf yang berada
di luar system saraf pusat (otak dan sumsum ulang belakang). Artinya sistem
saraf tepi merupakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang
melayani organ-organ tubh tertentu, sepeti kulit, persendian, otot, kelenjar,
saluran darah dan lain-lain.
2. Susunan saraf tak sadar.
- Susunan saraf simpatis
- Susunan saraf parasimpatis
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar,
namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak refleks. Impuls
pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf
sensori, dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil
olahan oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah
yang harus dilaksanakan oleh efektor.
c. Alat yang Digunakan : Sebuah
martil refleks dengan bagian depan terbuat dari karet.
d. Jalannya Percobaan : Pertama-tama
praktikan diminta untuk duduk di tepi meja dengan tungkai bawah tergantung.
Asisten memukul urat di bawah tempurung lutut dengan martil refleks.
e. Hasil Percobaan : 4.1 Hasil Individu: Terjadinya gerak refleks.
4.2 Hasil Sebenarnya: Skema Gerak Refleks:
Stimulus ~> Saraf sensoris ~> Tali spinal ~> Interneuron ~> Saraf
motoris ~> Aksi. Gerakan refleks merupakan respon otomatis dari sebagian
tubuh terhadap stimulus refleks hentakan lutut merupakan refleks rentangan. Untuk
gerak refleks tidak melalui intermediet pada sistem saraf pusat (otak dan
sumsum tulang belakang).
f.
Kesimpulan : Gerak adalah suatu pola koordinasi yang
sangat sederhana untuk menjelaskan tentang penghantaran impuls oleh saraf
dimana seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita tak
lepas dari peranan system saraf. Sistem saraf ini tersusun atas jaringan saraf
yang di dalamnya terdapat sel-sel saraf atau neuron. Sistem saraf memiliki 3
fungsi, sebagai berikut :
1. Pusat koordinasi segala aktivitas tubuh
2.
Pusat kesadaran, memori dan intelegansi
3. Mental
proses yang tinggi, yaitu penalaran, berpikir, dan pengambilan
keputusan.
Seperti
yang telah dijelaskan dalam teori di atas, jalan dari gerak refleks adalah dimulai
dari stimulus menerima reseptor, kemudian impuls tersebut dibawa oleh saraf
sensorik menuju sumsum tulang belakang, kemudian impuls dilanjutkan oleh saraf
motorik, kemudian diterima oleh efektor maka terjadilah respon/tanggapan/aksi.
g. Daftar Pustaka : Thetom022.
(2008). Gerak refleks pada manusia. www.thetom022.wordpress.com. 05 July 2013. 20:38.
5. Nama
Percobaan : 5. After Image (Perasaan Seiringan)
Nama Subjek Percobaan : Adam
Tirtaputra
Tempat Percobaan : Laboratorium
Psikologi Faal
a. Tujuan Percobaan : Untuk membuktikan
penggunaan suatu benda yang konstan dengan durasi tertentu akan menyebabkan
terjadinya adaptasi.
b. Dasar Teori : Proses pendeteksian tentang hadirnya stimulus
sederhana, perasaan, kesan yang timbul sebagai akibat perasangka dari suatu
reseptor tersebut. Syarat-syarat sensasi:
1. Adanya
stimulus yang mampu menimbulkan respon.
2. Adanya
alat indera atau respon yang dapat mengadakan respon terhadap stimulus.
3. Ada
syaraf sensoris yang menghantarkan implus dari alat indera ke otak (sistem
saraf pusat).
4. Ada
bagian dari otak yang mampu mengolah atau menterjemahkan implus menjadi
sensasi.
Sensasi
merupakan hasil dari suatu proses didalam otak sebagai akibat adanya implus
yang datang ke otak. Seseorang dapat memilih beberapa implus yang datang serta
mengabaikannya merupakan dasar dari konsentrasi dan atensi. Sensasi dapat
bertahan lama didalam otak dan dapat didasari kembali dasar memori.
A.
Klasifikasi biasa:
1. Sensasi Eksteroseptik. Sensasi yang
timbul akibat implus yang berasal dari reseptor begian luar tubuh rasa sentuh,
rasa suhu, rasa tekan, pengelihatan,
pendengaran, dan penciuman.
2. Sensasi Interoseptik. Sensasi yang
timbul akibat implus yang berasal dari reseptor bagian dalam tubuh rasa lapar,
rasa haus, rasa lelah, dan rasa sakit pada bagian dalam.
3. Sensasi Propioseptik. Sensasi yang
memberikan informasi tentang posisi dan pergerakan anggota tubuh duduk,
berdiri, dan berlari.
B.
Klasifikasi khusus:
1. Sensasi dangkal: superfisial:
kulit: kutaneus (cutaneous sensation) rasa sentuh, dan suhu.
2. Sensasi lebih dalam (deep
sensation) rasa tekan, dan rasa sakit dalam otot.
3. Sensasi spesial (special
sensation) penglihatan, pendengaran dan keseimbangan, penciuman, pengecap.
4. Sensasi dalam (internal
sensation) rasa lapar, rasa haus, dan nyeri otot dalam.
5. Sensasi umum (general body
sensation) posisi dan pergerakan anggota tubuh.
Ciri-ciri
sensasi:
1. Modalitas Indera
2. Kualitas
merah dan biru; suara tinggi dengan suara rendah; bau wangi denganbau busuk;
rasa pahit dengan rasa manis; sentuhan.
3. Intensitas
merah tua dan merah muda; suara tinggi melengking dengan tinggi alto; suara
rendah bass dengan rendah tenor; bau wangi bunga dengan bau wangi buah; rasa
pedas pahit dengan rasa pedas manis.
4. Adaptasitas
penggunaan anting, kalung yang tidak pernah dilepas.
5. Durasitas
lamanya waktu penggunaan asesoris yang digunakan.
c. Alat yang Digunakan : Pulpen/pensil.
d. Jalannya Percobaan : Pada
saat awal praktikum, praktikan diminta untuk menaruhkan pulpen/pensil di atas
telinga praktikan masing-masing, dimana pulpen/pensil tersebut apabila terjatuh
harus dipasangkan kembali ke atas telinga praktikan. Selama kurang lebih 1 jam,
pulpen/pensil yang berada di telinga praktikan di lepas, dan apa yang dirasakan
oleh masing-masing dari praktikan tersebut.
e. Hasil Percobaan : 5.1 Hasil Individu: Masih terasa ada pulpen di
telinga.
5.2 Hasil Sebenarnya: Masih terasa ada benda di
telinga, padahal benda tersebut sudah tidak berada di telinga.
f. Kesimpulan : Telinga dapat beradaptasi dengan adanya pulpen atau
pensil yang berada pada daun telinga dan tidak terasa seperti tidak ada pulpen
atau pensil yang berada pada daun telinga. Ketika pulpen atau pensil dilepas
sensasi bahwa pulpen/pensil tersebut yang berada pada daun telinga masih terasa
ada. Sensasi adalah suatu perasaan yang timbul sebagai akibat adanya stimulus
suatu reseptor. Sensasi yang berlangsung secara terus menerus disebut sensasi
beriringan/perasaan seiringan (after image). Ciri-ciri sensasi: Modalitas
(modal), Kualitas (mutu), Adaptasitas, Intensitas (Kekuatan) dan Durasitas
(Lama). Karena adanya durasi yang agak lama maka after image ini pun berhasil beradaptasi di telinga dimana pada
saat dilepas masih terasa adanya pulpen/telinga di daun telinga, sama seperti
pada saat kita berenang, kita berenang sekitar kurang lebih 1 jam dan berjalan
di kolam renang kurang lebih 1 jam, pada saat kita keluar dari kolam berenang
tersebut, pada suatu waktu tanpa disadari kita akan berjalan juga seperti di
air. Hal ini dikarenakan adanya durasi, modalitas, kualitas, adaptasi dan
intensitas itu sendiri..
g. Daftar Pustaka : Niken
Pratiwi. (2010). Tentang after image.
www.ncanmucan.blogspot.com. 05
July 2013. 21:00.
mau copy pdhal malah gabisa. sesama gundar juga pelitt
BalasHapus